Cerita Pendek by Galih Saputra
Nasir
Panasnya terik matahari tak membuat surut semangat Nasir untuk bermain bola. Keringat peluh membasahi sekujur tubuhnya. Walau badannya kurus namun gerak kakinya tetap melenggang gesit. Lihai menyeruduk bola kekanan dan kekiri. Menyepak, menyundul bola yang menggelinding. Tak terasa hingga sejam lamanya berlatih seorang diri. Membuat nafasnya agak terengah-engah. Namun Ia tetap gembira walau letih lelah mulai merajalela.
Kegemarannya bermain bola semenjak masih kanak-kanak. Bermula dari ikut-ikutan teman kini beralih menjadi hobi. Awalnya iseng-iseng jadi kesengsem. Gigihnya berlatih membuat Ia terampil memainkankan bola. Membuat nyali lawan menjadi ciut beradu di lapangan.
Akibat kekalahan pertandingan kemarin lawan mainnya menaruh dendam padanya. Di suatu tempat sepi Ia dicegat. Diajak duel akhirnya pertengkaranpun tak terelakan. Adu mulut dan jotos. Setelah memukul Nasir, Surya kabur meninggalkannya. Nampak pipinya memar akibat tinju yang diterimanya. Ia berjalan gontai pulang ke rumahnya. Ia bergegas mandi sehingga terlihat segar. Oleh karena itu ayahnya tak menaruh curiga.
Semenjak kejadian itu hati Nasir bergejolak ada rasa kekecewaan yang mendalam. Rasa sakit hatinya berubah menjadi dendam kusumat. Fikirannya dipenuhi nafsu amarah yang berkobar. Dibenaknya yang terpintas hanyalah bagaimana cara meluapkan segala unek-unek yang tak terbendung.
Ayahnya berharap setelah lulus sekolah dasar Ia melanjutkan ke pesantren. Agar dapat menimba ilmu agama. Agak sedikit keraguan didadanya untuk menuruti kemauan ayahnya. “Di pondok banyak kegiatan ekstrakurikuler, karate juga ada!” ayahnya menjelaskan. Mendengar penjelasan ayahnya akhirnya Ia mau masuk ke pondok.
Awalnya Ia kepincut ke pondok ingin mempelajari karate untuk membalas dendam perlakuan temennya yang kemarin memukulnya. Tapi lambat laun perasaan itu hilang dengan sendirinya. Nasehat gurunya bahwa cara terbaik membalas dendam adalah memperlakukan orang yang berbuat jahat kepada kita dengan berbuat baik. Atas dasar itulah perasaan kesal dibenaknya berangsur-angsur menghilang. Nasir yang pendendam kini berubah menjadi penyabar dan tawadhu’. Semua ini berkat bersungguh-sungguh mempelajari Al-Qur’an.
Nama lengkap Galih Saputra lahir di Cirebon,25 Juli 2010 saat ini menempuh pendidikan di SMPIT Pesantren qur’an kayuwalang duduk di kelas VII. Hobi berenang cita-cita main Bola.
Komentar
Posting Komentar