Implementasi Program Maghrib Mengaji di Kota Cirebon by Agus Talik, S.Ag
Tradisi Maghrib mengaji sudah berlangsung lama, bahkan sejak zaman wali Sanga. (Fahrul Syawal, dakwah wali Sanga) Lambat laun sesuai perkembangan zaman hingga kini era teknologi dan informasi tradisi Maghrib mengaji ini mulai menurun secara signifikan. Banyak aspek yang menjadi penyebab generasi muda sehingga acuh tak acuh dari lingkungan realitas sosial dan tenggelam pada ekosistem digital. (Rika kartika, journal of Civic education). Begitu besar dampak yang ditimbulkan gadget di kalangan remaja bahkan juga orang dewasa membuat perubahan ber kaitan dengan tergerusnya tingkah polahnya mereka di kalangan masyarakat itu sendiri , diantaranya tradisi Maghrib mengaji yang mulai punah (tri asih wismatyingtyas,jurnal pemikiran administrasi negara). Padahal keberadaan Maghrib mengaji sangat vital guna menjadi tameng akhlak atau perilaku khususnya di kalangan anak anak dan remaja, oleh karena itulah kementrian agama melalui keputusan menteri agama no 150 tahun 2013 tentang Pedoman gerakan masyarakat Maghrib mengaji (GENMAR.MENGAJI) yang salah satu tujuannya adalah membentuk kepribadian berdasarkan Al Qur'an dan mencegah kerusakan moral (kementerian Agama Republik Indonesia (2014) gerakan masyarakat Maghrib mengaji(GEMMAR MENGAJI) Jakarta: kemenag RI). Dalam pelaksanaan nya sejak tahun 2014 hingga saat ini realisasinya di masyarakat belumlah berjalan mulus, setiap daerah belumlah serentak mengimplementasikan anjuran dari kementerian agama ini. Adapun beberapa daerah yang sudah menerapkan program Maghrib mengaji pun masih banyak aral rintangan. Dalam tulisan ini penulis melakukan penilaian implementasi program Maghrib mengaji di kota Cirebon melalui pendekatan teori Edward lll (dalam Suharsono 2011,90-92), berpandangan bahwa implementasi kebijakan di pengaruhi oleh empat variabel yaitu
- Komunikasi
- Sumber daya
- Disposisi
- Strukrur birokrasi
Maka untuk melihat berjalannya program Maghrib mengaji di kota Cirebon penulis akan melihat di empat variabel indikator. Dalam hal Komunikasi, kita bisa melihat apakah Maghrib mengaji ini di laksanakan langsung dalam bentuk program atau melalui kebijakan derivat atau turunan dari kebijakan publik diatasnya. Yang kedua, adalah sumberdaya, meskipun isi kebijakan sudah di komunikasikan secara jelas dan konsisten tetapi apabila implementator kekurangan sumber daya untuk melaksanakan kan an maka implementasi nya tidak akan berjalan efektif dan efisien. Sumber daya tersebut dapat berasal dari sumber daya manusia dan sumberdaya finansial. Yang ketiga, disposisi.yaitu sifat dan kepribadian yang di miliki oleh implementator seperti komitmen, kejujuran sifat demokratis. Apabila implementator tersebut dapat menjalankan kebijakan dengan baik seperti apa yang diinginkan oleh pembuat kebijakan atau malah sebaliknya ketika implementator memilikinya sikap atau prospektif yang berbeda dengan pembuat kebijakan maka proses implementasi kebijakan menjadi tidak proporsional. Yang ke empat struktur birokrasi, struktur organisasi yang bertugas mengimplementasikan kebijakan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap implementasi kebijakan faktor dari struktur organisasi adalah standard operating prosedure( SOP) dan fragmentasi struktur organisasi yang terlalu panjang akan cenderung melemahkan pengawasan dan menimbulkan red tape yaitu prosedur birokrasi yang rumit dan kompleks yang menjadikan aktivitas organisasi tidak fleksibel.
Implementasi komunikasi. Program Maghrib
mengaji
di
kota
Cirebon
di
mulai saat walikota
bapak Subardi SPD
di
tahun.2011 dengan melaunching gerakan masyarakat Maghrib mengaji yang
bertempat di
gedung islamic centre kota
Cirebon yang dihadiri ketua
DPRD
,saat
itu
Drs
Nasiruddin Azis
SH,
unsur
muspida,ketua MUI dan
dari
kantor kementerian agama
Jawa
barat.
Program Maghrib mengaji
di
kota
Cirebon ini
merupakan program majemuk
turunan dari
kebijakan di
atasnya khususnya dari
kementerian agama pusat
juga
peraturan gubernur Jawa
barat.
Sehingga implementasi program Maghrib mengaji ini
sebenarnya secara legalitas perundangan undangan nya sangat
kuat
tinggal
sejauh
mana
komunikasi yang
di bangun antara
pemerintah kota
Cirebon, pemerintah propinsi
dan pemerintah pusat melalui kementerian agama
. Sejak di
maklumatkan
gerakan Maghrib mengaji di tahun
2011
maka
program
ini
sudah
berjalan 10 tahun, yang
seharusnya sudah dirasakan secara berkesinambungan, gerakan ini di
masjid
masjid
ataupun
di mushola, namun ironisnya suaranya masih belum
terasakan di
seluruh wilayah rw di
kota
Cirebon. Hal
ini
berkaitan dengan
implementasi komunikasi masih belum
berjalan dengan
baik
karena bersifat satu
arah Top down
,
program
derivat yang
hasil
laporan
dan
tindak lanjut
dari pemangku kebijakan di
atas
nya
tidak
berjalan,sehingga terkesan program Maghrib mengaji ini hanya sekedar anjuran belaka.
Implementasi sumber daya Berkaitan implementasi sumberdaya dalam program Maghrib mengaji maka pelaksanaan di tingkat pemerintah adalah bagian kesra bahu membahu dengan kementrian agama. Namun implementator di lapangan masih belum begitu jelas.Terlihat terhentinya program ini selama 11 tahun ,dan kembali di lounching di tahun ini oleh walikota bapak Nasiruddin Azis SH bersamaan dengan lokakarya dan penutupan kuliah kerja nyata (KKN) gemar mengaji tingkat kota Cirebon oleh lp2m IAIN syekh Nurjati.yang melibatkan mahasiswa KKN IAIN syekh Nurjati untuk merealisasikannya. Program Maghrib mengaji,yang dalam prakteknya terdapat kesulitan dan keterbatasan distribusi mahasiswa karena banyaknya jumlah mushola dan masjid di kota Cirebon,selain itu saat KKN berakhir maka berakhir pula kegiatan pengajaran Qur'an di Maghrib mengaji.penulis melihat belum adanya keseriusan dalam mensukseskan program Maghrib mengaji ini, terlihat belum terlihat profile pejabat yang tampil menggerakkan sukses nya program ini khususnya kaitan dengan persoalan minimnya pengajar dan belum adanya langkah langkah melibatkan berbagai komponen untuk menyelesaikan masalah keterbatas SDM ini.selain problematika SDM pengajar program Maghrib mengaji ini juga terkait sumberdaya finansial.sudah berapa besar alokasi APBD Pemkot untuk program Maghrib mengaji ini, ataukah hanya sebuah program yang tidak di dukung anggaran nya. Implementasi di Implementator di lapangan dalam program Maghrib mengaji inipun serasa setengah setengah sehingga menjadi kurang optimal, dalam tataran pemangku kebijakan belum terlihat kesungguhan dalam menggoal kan program ini karena boleh jadi ada kesulitan dalam menentukan target keberhasilan,apakah targetnya berhasilnya peserta belajar mengaji di program Maghrib mengaji ataukah yang penting ada kegiatan belajar mengajar di setiap masjid/mushola dan tempat lainnya saat Maghrib hingga isya. Sehingga berdampak pula pada karakter kesungguhan dan keseriusan pelaksana/implementator di lapangan, apakah sekedar mengajar atau ada target target selanjutnya misal setelah bisa baca tulis Al Qur'an,lanjut program tahsin,atau ke tahfizh atau ada pelajaran bahasa Arab dan ilmu Diniyah lainnya semua nya harus sudah jelas.
Implementasi struktur birokrasi. Ini bagian
paling
penting menurut penulis bagaimana pemerintah kota Cirebon secara
jelas
menunjukkan para
pelaksana tugas
program Maghrib mengaji hingga struktur terbawah nya,dan
di ikuti SOP
yang
jelas
dan mudah di
fahami. Jika program
Maghrib
mengaji
ini
adalah
sebuah
gerakan maka struktur birokrasi yang
ada
haruslah melakukan sebuah
kolaborasi dengan komponen masyarakat untuk
mensukseskan program Maghrib mengaji ini.
Sama
halnya Pemerintah telah
berhasil mengkondisikan penyebaran covid
19
karena pemerintah mengkolaborasi semua struktur birokrasi dan juga komponen masyarakat untuk
suksesnya pengendalian covid. Kembali dengan program Maghrib mengaji maka
seluruh struktur birokrasi dan
seluruh ASN
agar
berpartisipasi mensukseskan program Maghrib
mengaji ini dan
juga
mengajak komponen masyarakat ; tokoh agama,ustadz/dzah,majelis ta'lim, madrasah/TPA, pesantren dan lain nya utk mensukseskan program Maghrib mengaji ini
Kesimpulan. Program mengaji merupakan upaya dalam mewujudkan masyarakat yang religius . Sehingga peranannya amat penting dalam membentuk akhlakul karimah. Program magrib mengaji ini mengemban misi dalam membetengi dampak negatif yang ditimbulkan dari kemajuan teknologi yang semakin pesat. Memerangi budaya-budaya global yang tidak sesuai dengan agama dan tradisi nenek moyang. Dengan program Magrib mengaji dihararapkan mampu membentuk tunas-tunas bangsa yang berdaya saing namun berkarakteristik .
Biodata
Penulis
Agus Talik
,
kelahiran Cirebon
20
Mei
1973,
Penulis adalah
penggiat pendidikan dan dakwah
di
kota
Cirebon, sedang studi
di Pascasarjana IAI bunga bangsa Cirebon.
Komentar
Posting Komentar