Menuntut Ilmu di Pesantren by Syahrul Imam Fachrurozi

 

Menuntut Ilmu di Pesantren

Menjadi santri adalah bukan kemauannya. Ia hanya menuruti kehendak orang tuanya. Walau agak terpaksa akhirnya mengalah. Hatinya gusar ada kegalauan didada. Bergejolak ingin meronta tapi apalah daya. Syarif tidak ingin mengecewakan orang yang sudah membesarkannya.

Terbayang olehnya betapa susahnya hidup jauh dari orang tua. Segala sesuatu harus disiapkan sendiri. Nyuci, Makan, Setrika baju, dan bahkan mengatur uang jajan. Belum lagi ada aturan yang mengekang, yang membuatnya harus tunduk dan nurut. Siap menerima hukuman apabila berbuat salah. Ditambah lagi guru-guru yang galak yang tidak mengenal ampun tentu akan membuatnya sengsara.

Saat keberangkatanpun tiba. Syarif diantar oleh kedua orang tuanya ke pondok pesantren. Ada kesedihan menyeruak di batin ketika baru menginjak tempat tersebut. Tapi semuanya menghilang ketika melihat senyum ramah ustadz dan ustadzah disana. Temen-temen baru yang menyenangkan dan baik. Semuanya mengusir pemikiran jeleknya tentang pesantren.

            Dulu pesantren di matanya adalah tempat penjara yang membosankan. Tapi seiring waktu pesantren baginya rumah kedua yang memberikan kenyamanan. Memang pesantren mendidik agar kita disiplin, mandiri dan tidak bergantung kepada orang lain. Tapi justru itu membuatnya mengerti makna hidup yang sebenarnya.

            Pesantren lebih menitikberatkan pada pelajaran akhlak, adab, dan bagaimana bersikap dengan baik. Oleh karena itu membentuk mental seseorang menjadi pribadi penurut, bertanggung jawab  dan santun, tidak terkecuali Syarif. Syarif yang dahulu pemalas, pemarah sekarang berubah menjadi rajin, penyabar dan Tawadhu’. Itu semua berkat didikan dan bimbingan para Kyai. Sikap itu terlihat ketika orang tuanya datang berkunjung untuk membesuk.

Selain pelajaran agama di pesantren juga diajarkan pelajaran umum. Sehingga santri tidak akan ketinggalan zaman. Banyak juga kegiatan ekstrakurikuler untuk menuangkan hobi dan bakat. Jadi dijamin tidak jemu dan bosan.

            Nasehat kedua orang tuanya diturutinya. Ia lebih bersemangat menuntut ilmu agar bisa menjadi hafidz Qur’an 30 juz. Dorongan itu membuatnya lebih giat belajar.

Profil Penulis

 

Nama lengkap Syahrul Imam Fachrurozi lahir di Cirebon, 03 Agustus 2007 saat ini duduk di kelas X MA Pesantren Qur’an Kayuwalang. Hobi bermain Bulu Tangkis yang bercita-cita ingin menjadi pengusaha restauran.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

BELAJAR SUKSES DARI ORANG SUKSES by ANCE WULAN NURFARIDA